Desa Meat Kabupaten Toba Dulunya Penghasil Kapas Di Era Belanda

Desa Meat Kabupaten Toba Dulunya Penghasil Kapas Di Era Belanda

 lokasinya berada diantara dua perbukitan yang dihiasi hutan pinus terlihat datar dengan permukaan air danau toba yang pada era dahulu kerap dijadikan sebagai tempat persembunyian.

Desa Meat Kabupaten Toba Dulunya Penghasil Kapas Di Era Belanda
Desa Meat Kabupaten Toba Dulunya Penghasil Kapas Di Era Belanda


masa itu tempat ini adalah penghasil kapas Palembang di era penjajahan Belanda.


namanya meat salah satu desa yang masuk dalam wilayah administratif kecamatan tampahan di Kabupaten Toba Sumatera Utara di desa ini Nyaris semua lereng perbukitan yang mengapit pemukiman warga ditanami dengan pohon kapas oleh Belanda sekira akhir tahun 1800-an di masa itu pula Desa ini menjadi penghasil kain tenun berkualitas tinggi.


warga di sana diajari cara memintal dan mewarnai benang lalu kaum Ibu menenun benang dengan pewarna alami sebagian diantaranya dijual kepada pihak Belanda sementara sebagian lain menjadi alat barter penduduk untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.


 sebagai Desa penghasil padi dari hamparan sawah yang luas meat juga penghasil ikan berprotein tinggi dari hamparan Danau Toba masa itu Desa ini memiliki pasar tradisional yang disebut Onan bahal pasar tradisional

yang pada awalnya masih menerapkan sistem barter antara masyarakat dari daerah pegunungan seperti gurgur dan huta ginjang dengan masyarakat pesisir di tepi danau toba masyarakat dari pegunungan membawa hasil Tani tanah darat seperti kopi sayur ubi juga garam dan gula sedangkan masyarakat meat menyediakan padi.


hasil produksi persawahan ikan Jahir dari Danau Toba juga kain hasil tenun yang diproduksi dari kapas yang menjadi hutan perbukitan di sana.


 kisah ini disampaikan oleh Amir Simanjuntak warga desa meat yang kini

berusia 70tahun  pada sabtu 20 Februari lalu

dia menceritakan dirinya Masih sempat Melihat alat pemintal benang yang dia sebut menyerupai sepeda gowes.


Masa kanak-kanak dia dan teman seusianya

kerap menjadikan mesin pemintal benang itu menjadi tempat bermain dan beradu

goes karena masa itu mesin pemintal yang

dia maksud tidak berfungsi lagi sebab pohon kapas yang dulu ditanami pihak Belanda sudah punah.


 kini lereng perbukitan yang mengapit Desa itu telah menjadi hutan pinus tidak ada lagi pohon kapas sisa peninggalan Belanda tetapi ditengah pemukiman warga masih terlihat enam batang pohon kapas yang diyakini sudah berusia di atas 100 tahun ukurannya sangat besar dan tumbuh berdampingan.


warga di sana menyebut Jika Itu bukan lagi peninggalan yang ditanami oleh Belanda melainkan pohon yang ditanam warga sekitar.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Warga Batak

Formulir Kontak