KESAKSIAN ISTRI ORANG BATAK

KESAKSIAN ISTRI ORANG BATAK

KESAKSIAN ISTRI ORANG BATAK    KESAKSIAN ISTRI ORANG BATAK  Aku menikah dengan seorang pria  27 tahun yang lalu dalam sebuah pesta pernikahan adat batak yang meriah untuk ukuran tahun 1991. Aku menerima ajakan dia untuk menikah karena aku melihat dia pria yang baik. Saat memutuskan menikah dengan dia aku memilih resign dari pekerjaan ku sebagai perawat disalah satu rumah sakit di Medan untuk selanjutnya aku mengabdikan diriku sebagai ibu rumah tangga, mendampingi suami ku dalam suka maupun duka.  Suami ku seorang pegawai negeri golongan rendah saat itu, tetapi gaji golongan serendah itu masih lebih dari cukup untuk kehidupan kami berdua.   Sebagai seorang istri aku harus pintar pintar mengatur keuangan, aku selalu menyisihkan sedikit uang untuk ditabung. Aku juga tidak mau membeli sesuatu yang belum kami butuhkan.   Misalnya pernah istri dari teman suamiku mengajak aku untuk membeli kursi tamu tetapi aku menolak karena uang untuk membeli kursi tamu itu lebih baik disimpan karena kami masih merasa sangat nyaman duduk ngeleseh di tikar pandan pemberian mertua.  Awal awal berumah tangga semuanya baik baik saja, tidak ada masalah.   Dia memberi semua gajinya kepada ku, lalu dengan bijaksana sekali aku memberi uang saku kepadanya sesuai dengan kebutuhannya sebulan.   Aku tidak ingin suamiku menjadi orang yang minder dari kawan kawannya karena tidak mengantongi uang.   Itu sebabnya sekalipun suamiku bilang “segitu sudah cukup, nanti kalau kurang aku minta lagi” tetap saja aku memberi lebih dari yang dia minta.   Untuk urusan dapur biarlah aku yang pandai pandai mengatur.  Tapi setelah beberapa bulan berumah tangga, dia mulai berubah, tidak pernah lagi dia memberi gajinya.   Kami pun semakin sering bertengkar bahkan aku pernah meminta untuk bercerai.   Untung lah waktu itu seorang yang aku anggap sebagai orang tuaku memberi nasehat agar aku bersabar.  “Kamu sedang hamil inang, pikirkan anak mu, sabar lah, bawa suami mu dalam doa semoga dia berubah” begitu katanya.  Setelah anak pertama kami lahir (perempuan) aku berharap suamiku berubah, aku tetap berpikir positif  "Dia sudah punya anak, biaya hidup bertambah, pastilah bulan depan dia akan memberikan gajinya untuk ku”  Tapi nyatanya apa ? tidak ada selembar uang 1000 perak pun dia kasi untuk ku. Dia terlalu asik dengan judi dan minum minum.  Aku harus akui suami ku baik, yaaa dia baik, dia tidak pernah main perempuan, dia tidak pernah memukul aku, tidak seperti tetangga ku yang suaminya selalu main tangan.  Tapi apakah tugas suami hanya sebatas tidak memukul istri ?   Kebutuhan hidup bagaimana ?   Suami ku bekerja, dia pegawai negeri tetapi gajinya tidak pernah ada untuk anak istri. Dia menghabiskan uangnya hanya di meja judi. Bosan main judi ganti minum minum, begitulah terus.  Dari anak pertama lahir sampai anak ke empat tidak ada perubahan, tapi aku tidak mau menyerah demi anak anak.  Aku hanya berani menceritakan kepahitan rumah tanggaku kepada satu orang yang semarga dengan suami ku yang sudah aku anggap sebagai orang tuaku dikampung ini.  Beliau yang selalu menasehatiku agar aku tegar dan jangan menyerah.  Satu NASEHAT KONYOL dari beliau yang aku ingat dan akhirnya nasehat inilah yang membakar semangatku untuk melanjutkan hidup  “ANGGAP SAJA KAMU SUDAH JANDA….!!!”  Dan nasehat itu benar benar mampu membakar semangat ku, aku sudah bersumpah pada diri ku....   “KAMU AKAN AKU BUAT KEHILANGAN WIBAWAMU SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA DAN KAMU AKAN MENYESALI ITU NANTI”  Aku sudah menganggap diriku JANDA…. Menganggap diri sebagai janda malah lebih baik daripada membayangkan bersuami tapi tidak ada fungsinya.  Aku menggarap sawah dan ladang milik orang, untuk sawah aku memakai sistem BELAH PINANG dan untuk ladang aku minta sistem sewa.  Aku tidak punya pengalaman bertani tetapi aku melawan itu dengan pikiran konyol bahwa “TUMBUHAN APAPUN YANG DILEMPARKAN KE BUMI INI AKAN TUMBUH DENGAN SUBURNYA”  Yahhhh aku akhirnya menjadi wanita yang berpikir konyol  Setiap pagi aku bangun subuh untuk memasak, menyuci dan memberesi rumah. Aku tetap memasak, itu kodrat ku sebagai wanita.  Aku tetap sediakan makanan di meja makan terlepas apakah makanan itu dimakan atau tidak oleh suami ku.  Jam 7 pagi aku sudah pergi ke sawah, aku bawa anak ku ke sawah supaya aku bisa mengurus dia sambil bekerja.  Setiap hari kalau ke sawah aku seperti PIKNIK ke luar negeri sangkin banyaknya perlengkapan.   Aku bawa ayunan anak, bawa popok dan baju ganti, bawa makan siang, bawa susu anak, bawa mainan dan tak lupa aku bawa obat obatan P3K siapa tau dibutuhkan.  Aku biarkan anak ku bermain sesuka hatinya di gubuk tanpa dinding berlantai tanah itu   Yaahhh...aku biarkan dia merangkat kesana kemari.  Ahhh aku jadi konyol….  Aku berpikir sudah hakikatnya manusia harus menginjak tanah, bagiku tanah dan lumpur bukan lah benda kotor.  Yang penting aku pastikan tidak ada ular yang mendekat ke gubuk, itu sebabnya aku menaburi garam berbungkus bungkus mengelilingi gubuk agar tidak ada ular yang masuk.  Aku berpikir anak ku tidak akan meninggal hanya karena merangkak di tanah, biar lah dia menyatu dengan tanah.  Dari sawah sesekali aku mendongak ke gubuk melihat anak ku siapa tau merangkak keluar gubuk terlalu jauh.  Dua hal yang paling aku jaga dari anak ku adalah ULAR dan JANGAN SAMPAI KECEMPLUNG KE SAWAH  Aku tidak memikirkan lagi siapa diri ku, aku tidak perlu lagi merasa cantik, aku juga tidak penting lagi halus mulus seperti dulu, yang aku pikirkan bagaimana supaya aku bisa dapat uang untuk kebutuhan hidup.  Sedikit sedikit dari hasil berladang aku tabung supaya ada yang bisa diharapkan jika terjadi sesuatu.  Mau mengharapkan suami ? heeemmmm sayonara lah  Aku semakin bersemangat manakala ke empat anak ku sudah bisa aku tinggal di rumah, aku punya empat orang anak, 3 perempuan 1 laki laki.  Aku tidak repot lagi memasak kalau pulang dari sawah, semua sudah dimasakin anakku walaupun kadang keasinan dan kadang malah tidak ada garamnya.  Kadang di sayur ada rambut tapi aku tidak memarahi anak ku, aku merasa itu hal yang wajar manakala anak kelas 5 SD kita suru memasak, belum waktunya mereka memahami cara memasak yang baik dan benar. Aku selalu mengarahkan anak ku kalau mau masak rambut harus disisir dulu lalu diikat pakai karet.  Aku membagi tugas kepada anak anak ku ◆ si Kakak yang paling besar bagian memasak ◆ si nomor dua menyuci piring  ◆ si nomor tiga menyapu rumah dan halaman ◆ dan si Kecil laki laki aku kasi tugas Joker, dia membantu siapa saja dari ketiga kakaknya yang membutuhkan bantuan  Selain itu aku juga membelikan beberapa ekor ternak untuk diurus mereka.  Aku bilang : “Nak… ternak ini yang akan menjadi andalan kita untuk biaya sekolah kalian, makanya di urus baik baik ya”  Aku bersyukur sekali ke empat anak ku TAU DIRI  Suatu waktu dalam sebuah pesta, aku harus menangis sedih, tidak tau kenapa aku tidak mampu membendung air mata ku.  Aku mendengar langsung beberapa ibu ibu membicarakan aku, mereka tidak sadar kalau aku ada dibelakang mereka.  Mereka bilang :   “suaminya pegawai tapi lihat lah TAIK KUCING pun tidak ada. Cincin satu gram pun tidak punya, pakai bedak pun tidak, kemana semua uang itu ? mau dibawa mati mungkin”  Aku hanya bersumpah dalam hati “suatu saat aku akan tunjukan pada kalian bahwa aku punya banyak TAIK KUCING”  Tunggu saja….  Entah kenapa sekarang aku sangat hobby bersumpah, mungkin itu akibat penderitan yang aku alami  Waktu berlalu….  Tidak terasa tiba waktunya aku memberangkatkan anak gadisku merantau ke Medan, dia diterima disalah satu universitas favorit disana.  Malamnya kami semua makan bersama termasuk suami ku yang hanya diam seribu kata…  Aku sengaja memotong ayam jambe kesukaan anak gadisku  Aku bilang sama dia :   “ini inang pilihlah yang mana kau suka, ayam ini menjadi milik mu dan kau bebas memilih bagian mana yang kau suka”  Aku melihat anak gadisku dengan senyum kebahagiaan memilih bagian HATI, dan aku tersenyum membayangkan bagian itulah yang jadi rebutan kami semua dirumah ini.  Selesai makan tiba waktunya aku menasehati anak gadis ku….  Berurai air mata dan dengan suara yang bergetar aku berkata :  “Inang…. Ini mamak kasi MANDAR (sarung) untuk kau bawa,   ini bukan sarung sembarang sarung inang. Sarung ini berisi pesan tersirat dari semua Ibu di bumi ini agar setiap anak gadisnya menjadi anak gadis yang TERHORMAT diperantauan.  Jaga harga diri mu inang, TAU DIRI kita orang susah.   Mamak mati matian kerja nyari uang supaya derajat mu meningkat. Jangan permalukan mamak ya inang. Jadilah Boru ni Raja (anak gadis) yang terhormat di perantauan”  Aku melihat anak gadisku tertunduk sambil meneteskan air mata…  Aku tidak kuasa melihat anak gadisku menangis, aku langsung menghambur memeluknya…  Aku bisikkan ke telinganya :   “Sesampainya kau di Medan carilah orang tuamu dari marga bapak, kau panggil dia BAPA TUA atau BAPA UDA, jangan lupa kau cari juga yang semarga dengan mamak “SIHOMBING” supaya ada orang tua mu di Medan ya inang. Rajin rajin lah kau kuliah inang, mamak tunggu semua kalian sampai sarjana, kasi contoh yang baik kepada adik adik mu ya inang.  Tau diri ya inang kita orang susah, jaga kehormatan mu, jaga harga diri keluarga kita dan jangan buat mamak malu ya inang”  Sepanjang malam aku memeluk anak gadis ku dalam tidurnya…  Aku bisikkan doa dalam hati agar Tuhan menjagai anak gadisku diperantauan  Tak terasa waktu berlalu…  Aku membuka bungkusan plastik berwarna biru, aku mengeluarkan isinya  “Inilah SANGGUL yang sudah aku pesan untuk wisuda anak gadisku nanti”  SANGGUL NYONYA BESAR….!!!  Yahhh aku akan menjelma menjadi nyonya besar saat anak gadisku meraih titel sarjana  Aku membatin dalam hati.....  “Inilah sumpah ku untuk dirimu suami ku, aku akan menjelma menjadi NYONYA BESAR empat tahun lagi dan kau akan menjadi seorang ayah yang malu melihat anak gadismu mendapat titel sarjana tanpa ada peran sertamu sebagai ayah biologis”  Aku berbisik dalam hati…  “AKU HARUS MENJADI NYONYA BESAR SEBANYAK 4 KALI, HARUS…..!!!”  Pagi itu telah terparkir sebuah mobil di halaman rumah  Ini bukan mobil ku, bukan mobil kami  Aku menguras semua tabungan ku untuk keperluan wisuda anak gadisku  Besok dia akan wisuda dan hari ini kami semua akan berangkat ke Medan dengan mobil rental ini. Aku, suamiku dan tiga orang anak ku.  Aku melihat wajah bahagia terpaksa dari suami ku…  HaHaHa… aku memahami itu, aku tidak akan berkata dan bertanya apa apa sampai kau mengakui bahwa aku sudah menjelma menjadi NYONYA BESAR.  Esok harinya di Kota Medan, aku memilih salon yang paling baik disana, aku ingin mereka merias aku secantik mungkin selayaknya seorang nyonya.   Tidak lupa aku membawa plastik biru berisi SANGGUL impian ku, aku harus memakai SANGGUL NYONYA BESAR.  Butuh waktu 1 jam bagi mereka untuk merias aku menjadi nyonya besar dihari yang bersejarah bagiku.  Dan saat aku keluar dari saloon aku sudah disambut oleh tiga orang anak ku yang cantik dan ganteng dengan baju yang seragam. Aku menjual tiga ekor ternak bulan lalu agar aku bisa menjahitkan dua anak gadisku GAUN MERAH yang cantik dan satu stel jas untuk si kecil.  Aku melihat suami ku terbegong begong melihat aku, dia tertunduk seperti tidak dapat berkata kata.  Aku terlihat seperti NYONYA BESAR dengan kebaya merah MARHILLONG HILLONG (berkilat kilat), sepatu hak tinggi, tas tangan kulit yang elegan dan SANGGUL istimewa. Tidak lupa juga di leher, jari dan telingaku menempel TAIK KUCING yang besar besar.  Ini lah hasil jerih payah ku berpuluh puluh tahun mencangkol di sawah, terkena terik matahari dan hujan petir. Tidak perduli aku dengan diri ku sendiri saat itu, TETAPI khusus untuk moment wisuda anak gadis ku aku harus sangat perduli bahwa diriku adalah NYONYA BE  Kami memasuki auditorium yang besar itu…. Aku merinding tidak pernah membayangakn bisa berada disini, tak terasa sambil berjalan air mata ku menetes…  Sebelum aku dan suamiku masuk, anak ku si kecil sempat berkata : “mak bilang sama kakak kami juga datang , nanti adek mau foto sama kakak ya mak”  Aku berkata : “selesai acara nanti kita foto keluarga ya sayang, supaya kamu bisa seperti kakak mu”  Di dalam Auditorium, air mataku semakin tidak terbendung mana kala aku mendengar nama anak gadisku dipanggil.  Tidak henti hentinya aku mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa…  Tiba tiba tangisku terhenti Aku kaget...aku merasa tangan ku dicengkram sangat kuat  Aku menoleh dan melihat suamiku meneteskan air mata  Dia menatap aku, dalam hati aku berpikir :  “Heeii bisa juga bapak bapak meneteskan air mata ?”  Dia memeluk aku sambil menangis seperti anak bayi cengungukan  Maafkan aku mak….”katanya hampir tidak terdengar”  Aku lepaskan pelukannya….  Aku berkata :   “Besok saja setelah balik ke kampung baru lah kita bermaaf maafan, hari ini aku benar benar ingin menikmati diriku sebagai NYONYA BESAR”  Begitulah….  Suamiku menyadari kesalahannya setelah anak gadisnya dapat titel sarjana.  Dia bertobat saat gajinya sudah habis untuk menutupi utang judinya selama ini.  Tapi tidak ada kata terlambat, aku tetap memaafkan suami ku karena bagiku apapun keadaan suamiku dia tetaplah suamiku, dia tetap menjadi ayah dari anak anak ku. Itu sebabnya sesakit apapun aku diperlakukan suamiku selama ini aku tidak pernah mengajarkan anak anak ku untuk membenci ayah mereka.  Suami ku pernah berkata :   “Tidak salah aku memilih mu sebagai ist….  Belum selesai dia bicara langsung aku potong :   “aku yang salah memilih mu…”  Suami ku berkata lagi :   “Kamu hebat mak… maafkan aku atas kesalahan ku..”  Aku berkata :   “Bukan karena aku hebat, tau kamu kenapa aku kuat ?   karena selama ini AKU SUDAH MENGANGGAP DIRIKU JANDA”  Spontan suamiku memeluk aku, berkali kali dia bilang   “Aku minta maaf dan aku mau memperbaiki diriku”  Sekarang keempat anak ku sudah mendapat title sarjana dan SUMPAH ku sudah terpenuhi untuk menjadi NYONYA BESAR sebanyak empat kali.  Aku bersyukur meskipun aku memiliki suami yang tidak bertanggung jawab tetapi aku memiliki empat orang anak yang TAU DIRI.  Semoga kisah ku ini bisa menguatkan dan memberi semangat kepada ibu ibu lainnya yang tengah berjuang memenuhi kebutuhan hidup.   Salam Super Tuhan Memberkati  ~Semoga bermanfaat....  #yg tau pemilik kisah ini..komen dibawahyaaa.....
Ilustrasi

KESAKSIAN ISTRI ORANG BATAK

Aku menikah dengan seorang pria  27 tahun yang lalu dalam sebuah pesta pernikahan adat batak yang meriah untuk ukuran tahun 1991.
Aku menerima ajakan dia untuk menikah karena aku melihat dia pria yang baik.
Saat memutuskan menikah dengan dia aku memilih resign dari pekerjaan ku sebagai perawat disalah satu rumah sakit di Medan untuk selanjutnya aku mengabdikan diriku sebagai ibu rumah tangga, mendampingi suami ku dalam suka maupun duka.

Suami ku seorang pegawai negeri golongan rendah saat itu, tetapi gaji golongan serendah itu masih lebih dari cukup untuk kehidupan kami berdua. 

Sebagai seorang istri aku harus pintar pintar mengatur keuangan, aku selalu menyisihkan sedikit uang untuk ditabung. Aku juga tidak mau membeli sesuatu yang belum kami butuhkan. 

Misalnya pernah istri dari teman suamiku mengajak aku untuk membeli kursi tamu tetapi aku menolak karena uang untuk membeli kursi tamu itu lebih baik disimpan karena kami masih merasa sangat nyaman duduk ngeleseh di tikar pandan pemberian mertua.

Awal awal berumah tangga semuanya baik baik saja, tidak ada masalah. 

Dia memberi semua gajinya kepada ku, lalu dengan bijaksana sekali aku memberi uang saku kepadanya sesuai dengan kebutuhannya sebulan. 

Aku tidak ingin suamiku menjadi orang yang minder dari kawan kawannya karena tidak mengantongi uang. 

Itu sebabnya sekalipun suamiku bilang “segitu sudah cukup, nanti kalau kurang aku minta lagi” tetap saja aku memberi lebih dari yang dia minta. 

Untuk urusan dapur biarlah aku yang pandai pandai mengatur.

Tapi setelah beberapa bulan berumah tangga, dia mulai berubah, tidak pernah lagi dia memberi gajinya. 

Kami pun semakin sering bertengkar bahkan aku pernah meminta untuk bercerai.
 
Untung lah waktu itu seorang yang aku anggap sebagai orang tuaku memberi nasehat agar aku bersabar.

“Kamu sedang hamil inang, pikirkan anak mu, sabar lah, bawa suami mu dalam doa semoga dia berubah” begitu katanya.

Setelah anak pertama kami lahir (perempuan) aku berharap suamiku berubah, aku tetap berpikir positif

"Dia sudah punya anak, biaya hidup bertambah, pastilah bulan depan dia akan memberikan gajinya untuk ku”

Tapi nyatanya apa ? tidak ada selembar uang 1000 perak pun dia kasi untuk ku. Dia terlalu asik dengan judi dan minum minum.

Aku harus akui suami ku baik, yaaa dia baik, dia tidak pernah main perempuan, dia tidak pernah memukul aku, tidak seperti tetangga ku yang suaminya selalu main tangan.

Tapi apakah tugas suami hanya sebatas tidak memukul istri ? 

Kebutuhan hidup bagaimana ? 

Suami ku bekerja, dia pegawai negeri tetapi gajinya tidak pernah ada untuk anak istri.
Dia menghabiskan uangnya hanya di meja judi.
Bosan main judi ganti minum minum, begitulah terus.

Dari anak pertama lahir sampai anak ke empat tidak ada perubahan, tapi aku tidak mau menyerah demi anak anak.

Aku hanya berani menceritakan kepahitan rumah tanggaku kepada satu orang yang semarga dengan suami ku yang sudah aku anggap sebagai orang tuaku dikampung ini.

Beliau yang selalu menasehatiku agar aku tegar dan jangan menyerah.

Satu NASEHAT KONYOL dari beliau yang aku ingat dan akhirnya nasehat inilah yang membakar semangatku untuk melanjutkan hidup

“ANGGAP SAJA KAMU SUDAH JANDA….!!!”

Dan nasehat itu benar benar mampu membakar semangat ku, aku sudah bersumpah pada diri ku.... 

“KAMU AKAN AKU BUAT KEHILANGAN WIBAWAMU SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA DAN KAMU AKAN MENYESALI ITU NANTI”

Aku sudah menganggap diriku JANDA….
Menganggap diri sebagai janda malah lebih baik daripada membayangkan bersuami tapi tidak ada fungsinya.

Aku menggarap sawah dan ladang milik orang, untuk sawah aku memakai sistem BELAH PINANG dan untuk ladang aku minta sistem sewa.

Aku tidak punya pengalaman bertani tetapi aku melawan itu dengan pikiran konyol bahwa “TUMBUHAN APAPUN YANG DILEMPARKAN KE BUMI INI AKAN TUMBUH DENGAN SUBURNYA”

Yahhhh aku akhirnya menjadi wanita yang berpikir konyol

Setiap pagi aku bangun subuh untuk memasak, menyuci dan memberesi rumah.
Aku tetap memasak, itu kodrat ku sebagai wanita.

Aku tetap sediakan makanan di meja makan terlepas apakah makanan itu dimakan atau tidak oleh suami ku.

Jam 7 pagi aku sudah pergi ke sawah, aku bawa anak ku ke sawah supaya aku bisa mengurus dia sambil bekerja.

Setiap hari kalau ke sawah aku seperti PIKNIK ke luar negeri sangkin banyaknya perlengkapan. 

Aku bawa ayunan anak, bawa popok dan baju ganti, bawa makan siang, bawa susu anak, bawa mainan dan tak lupa aku bawa obat obatan P3K siapa tau dibutuhkan.

Aku biarkan anak ku bermain sesuka hatinya di gubuk tanpa dinding berlantai tanah itu 

Yaahhh...aku biarkan dia merangkat kesana kemari.

Ahhh aku jadi konyol….

Aku berpikir sudah hakikatnya manusia harus menginjak tanah, bagiku tanah dan lumpur bukan lah benda kotor.

Yang penting aku pastikan tidak ada ular yang mendekat ke gubuk, itu sebabnya aku menaburi garam berbungkus bungkus mengelilingi gubuk agar tidak ada ular yang masuk.

Aku berpikir anak ku tidak akan meninggal hanya karena merangkak di tanah, biar lah dia menyatu dengan tanah.

Dari sawah sesekali aku mendongak ke gubuk melihat anak ku siapa tau merangkak keluar gubuk terlalu jauh.

Dua hal yang paling aku jaga dari anak ku adalah ULAR dan JANGAN SAMPAI KECEMPLUNG KE SAWAH

Aku tidak memikirkan lagi siapa diri ku, aku tidak perlu lagi merasa cantik, aku juga tidak penting lagi halus mulus seperti dulu, yang aku pikirkan bagaimana supaya aku bisa dapat uang untuk kebutuhan hidup.

Sedikit sedikit dari hasil berladang aku tabung supaya ada yang bisa diharapkan jika terjadi sesuatu.

Mau mengharapkan suami ? heeemmmm sayonara lah

Aku semakin bersemangat manakala ke empat anak ku sudah bisa aku tinggal di rumah, aku punya empat orang anak, 3 perempuan 1 laki laki.

Aku tidak repot lagi memasak kalau pulang dari sawah, semua sudah dimasakin anakku walaupun kadang keasinan dan kadang malah tidak ada garamnya.

Kadang di sayur ada rambut tapi aku tidak memarahi anak ku, aku merasa itu hal yang wajar manakala anak kelas 5 SD kita suru memasak, belum waktunya mereka memahami cara memasak yang baik dan benar.
Aku selalu mengarahkan anak ku kalau mau masak rambut harus disisir dulu lalu diikat pakai karet.

Aku membagi tugas kepada anak anak ku
◆ si Kakak yang paling besar bagian memasak
◆ si nomor dua menyuci piring 
◆ si nomor tiga menyapu rumah dan halaman
◆ dan si Kecil laki laki aku kasi tugas Joker, dia membantu siapa saja dari ketiga kakaknya yang membutuhkan bantuan

Selain itu aku juga membelikan beberapa ekor ternak untuk diurus mereka.

Aku bilang : “Nak… ternak ini yang akan menjadi andalan kita untuk biaya sekolah kalian, makanya di urus baik baik ya”

Aku bersyukur sekali ke empat anak ku TAU DIRI

Suatu waktu dalam sebuah pesta, aku harus menangis sedih, tidak tau kenapa aku tidak mampu membendung air mata ku.

Aku mendengar langsung beberapa ibu ibu membicarakan aku, mereka tidak sadar kalau aku ada dibelakang mereka.

Mereka bilang : 

“suaminya pegawai tapi lihat lah TAIK KUCING pun tidak ada. Cincin satu gram pun tidak punya, pakai bedak pun tidak, kemana semua uang itu ? mau dibawa mati mungkin”

Aku hanya bersumpah dalam hati “suatu saat aku akan tunjukan pada kalian bahwa aku punya banyak TAIK KUCING”

Tunggu saja….

Entah kenapa sekarang aku sangat hobby bersumpah, mungkin itu akibat penderitan yang aku alami

Waktu berlalu…. 
Tidak terasa tiba waktunya aku memberangkatkan anak gadisku merantau ke Medan, dia diterima disalah satu universitas favorit disana.

Malamnya kami semua makan bersama termasuk suami ku yang hanya diam seribu kata…

Aku sengaja memotong ayam jambe kesukaan anak gadisku

Aku bilang sama dia : 

“ini inang pilihlah yang mana kau suka, ayam ini menjadi milik mu dan kau bebas memilih bagian mana yang kau suka”

Aku melihat anak gadisku dengan senyum kebahagiaan memilih bagian HATI, dan aku tersenyum membayangkan bagian itulah yang jadi rebutan kami semua dirumah ini.

Selesai makan tiba waktunya aku menasehati anak gadis ku….

Berurai air mata dan dengan suara yang bergetar aku berkata :

“Inang…. Ini mamak kasi MANDAR (sarung) untuk kau bawa, 

ini bukan sarung sembarang sarung inang.
Sarung ini berisi pesan tersirat dari semua Ibu di bumi ini agar setiap anak gadisnya menjadi anak gadis yang TERHORMAT diperantauan. 
Jaga harga diri mu inang, TAU DIRI kita orang susah. 

Mamak mati matian kerja nyari uang supaya derajat mu meningkat. Jangan permalukan mamak ya inang.
Jadilah Boru ni Raja (anak gadis) yang terhormat di perantauan”

Aku melihat anak gadisku tertunduk sambil meneteskan air mata…

Aku tidak kuasa melihat anak gadisku menangis, aku langsung menghambur memeluknya…

Aku bisikkan ke telinganya : 

“Sesampainya kau di Medan carilah orang tuamu dari marga bapak, kau panggil dia BAPA TUA atau BAPA UDA, jangan lupa kau cari juga yang semarga dengan mamak “SIHOMBING” supaya ada orang tua mu di Medan ya inang.
Rajin rajin lah kau kuliah inang, mamak tunggu semua kalian sampai sarjana, kasi contoh yang baik kepada adik adik mu ya inang. 
Tau diri ya inang kita orang susah, jaga kehormatan mu, jaga harga diri keluarga kita dan jangan buat mamak malu ya inang”

Sepanjang malam aku memeluk anak gadis ku dalam tidurnya…

Aku bisikkan doa dalam hati agar Tuhan menjagai anak gadisku diperantauan

Tak terasa waktu berlalu…

Aku membuka bungkusan plastik berwarna biru, aku mengeluarkan isinya

“Inilah SANGGUL yang sudah aku pesan untuk wisuda anak gadisku nanti”

SANGGUL NYONYA BESAR….!!!

Yahhh aku akan menjelma menjadi nyonya besar saat anak gadisku meraih titel sarjana

Aku membatin dalam hati.....

“Inilah sumpah ku untuk dirimu suami ku, aku akan menjelma menjadi NYONYA BESAR empat tahun lagi dan kau akan menjadi seorang ayah yang malu melihat anak gadismu mendapat titel sarjana tanpa ada peran sertamu sebagai ayah biologis”

Aku berbisik dalam hati…

“AKU HARUS MENJADI NYONYA BESAR SEBANYAK 4 KALI, HARUS…..!!!”

Pagi itu telah terparkir sebuah mobil di halaman rumah

Ini bukan mobil ku, bukan mobil kami

Aku menguras semua tabungan ku untuk keperluan wisuda anak gadisku

Besok dia akan wisuda dan hari ini kami semua akan berangkat ke Medan dengan mobil rental ini.
Aku, suamiku dan tiga orang anak ku.

Aku melihat wajah bahagia terpaksa dari suami ku…

HaHaHa… aku memahami itu, aku tidak akan berkata dan bertanya apa apa sampai kau mengakui bahwa aku sudah menjelma menjadi NYONYA BESAR.

Esok harinya di Kota Medan, aku memilih salon yang paling baik disana, aku ingin mereka merias aku secantik mungkin selayaknya seorang nyonya. 

Tidak lupa aku membawa plastik biru berisi SANGGUL impian ku, aku harus memakai SANGGUL NYONYA BESAR.

Butuh waktu 1 jam bagi mereka untuk merias aku menjadi nyonya besar dihari yang bersejarah bagiku.

Dan saat aku keluar dari saloon aku sudah disambut oleh tiga orang anak ku yang cantik dan ganteng dengan baju yang seragam.
Aku menjual tiga ekor ternak bulan lalu agar aku bisa menjahitkan dua anak gadisku GAUN MERAH yang cantik dan satu stel jas untuk si kecil.

Aku melihat suami ku terbegong begong melihat aku, dia tertunduk seperti tidak dapat berkata kata.

Aku terlihat seperti NYONYA BESAR dengan kebaya merah MARHILLONG HILLONG (berkilat kilat), sepatu hak tinggi, tas tangan kulit yang elegan dan SANGGUL istimewa.
Tidak lupa juga di leher, jari dan telingaku menempel TAIK KUCING yang besar besar.

Ini lah hasil jerih payah ku berpuluh puluh tahun mencangkol di sawah, terkena terik matahari dan hujan petir.
Tidak perduli aku dengan diri ku sendiri saat itu, TETAPI khusus untuk moment wisuda anak gadis ku aku harus sangat perduli bahwa diriku adalah NYONYA BE

Kami memasuki auditorium yang besar itu….
Aku merinding tidak pernah membayangakn bisa berada disini, tak terasa sambil berjalan air mata ku menetes…

Sebelum aku dan suamiku masuk, anak ku si kecil sempat berkata : “mak bilang sama kakak kami juga datang , nanti adek mau foto sama kakak ya mak”

Aku berkata : “selesai acara nanti kita foto keluarga ya sayang, supaya kamu bisa seperti kakak mu”

Di dalam Auditorium, air mataku semakin tidak terbendung mana kala aku mendengar nama anak gadisku dipanggil.

Tidak henti hentinya aku mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa…

Tiba tiba tangisku terhenti
Aku kaget...aku merasa tangan ku dicengkram sangat kuat

Aku menoleh dan melihat suamiku meneteskan air mata

Dia menatap aku, dalam hati aku berpikir :

“Heeii bisa juga bapak bapak meneteskan air mata ?”

Dia memeluk aku sambil menangis seperti anak bayi cengungukan

Maafkan aku mak….”katanya hampir tidak terdengar”

Aku lepaskan pelukannya….

Aku berkata : 

“Besok saja setelah balik ke kampung baru lah kita bermaaf maafan, hari ini aku benar benar ingin menikmati diriku sebagai NYONYA BESAR”

Begitulah….

Suamiku menyadari kesalahannya setelah anak gadisnya dapat titel sarjana.

Dia bertobat saat gajinya sudah habis untuk menutupi utang judinya selama ini.

Tapi tidak ada kata terlambat, aku tetap memaafkan suami ku karena bagiku apapun keadaan suamiku dia tetaplah suamiku, dia tetap menjadi ayah dari anak anak ku.
Itu sebabnya sesakit apapun aku diperlakukan suamiku selama ini aku tidak pernah mengajarkan anak anak ku untuk membenci ayah mereka.

Suami ku pernah berkata : 

“Tidak salah aku memilih mu sebagai ist….

Belum selesai dia bicara langsung aku potong : 

“aku yang salah memilih mu…”

Suami ku berkata lagi : 

“Kamu hebat mak… maafkan aku atas kesalahan ku..”

Aku berkata : 

“Bukan karena aku hebat, tau kamu kenapa aku kuat ? 

karena selama ini AKU SUDAH MENGANGGAP DIRIKU JANDA”

Spontan suamiku memeluk aku, berkali kali dia bilang 

“Aku minta maaf dan aku mau memperbaiki diriku”

Sekarang keempat anak ku sudah mendapat title sarjana dan SUMPAH ku sudah terpenuhi untuk menjadi NYONYA BESAR sebanyak empat kali.

Aku bersyukur meskipun aku memiliki suami yang tidak bertanggung jawab tetapi aku memiliki empat orang anak yang TAU DIRI.

Semoga kisah ku ini bisa menguatkan dan memberi semangat kepada ibu ibu lainnya yang tengah berjuang memenuhi kebutuhan hidup.

 Salam Super Tuhan Memberkati

~Semoga bermanfaat....

#yg tau pemilik kisah ini..komen dibawahyaaa.....

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Warga Batak

Formulir Kontak