Mengenang Kembali Perjalanan Olo Panggabean Setelah 10 Tahun Meninggal

Mengenang Kembali Perjalanan Olo Panggabean Setelah 10 Tahun Meninggal.Selama itu pula ia terkubur bersama kisah hidupnya yang bersaput misteri. Bagaimanapun,Olo Panggabean tetap dikenang sebagai preman besar sekaligus pengusaha sukses yang kelegendaannya tak tertandingi di negeri ini.  


Olo meninggal dunia di RS Gleneagles Medan, sekitar pukul 14.00 WIB, Kamis, 30 April 2009. Sebelumnya ia berobat di Glen Hospital Singapura, tetapi karena pengobatan di sana gagal, Olo diterbangkan kembali ke Medan dengan pesawat khusus seri LR 35A/HS-CFS. Disebut-sebut, Olo meninggal dunia akibat komplikasi penyakit yang menderanya, terutama dikarenakan komplikasi diabetes. Ia menghembuskan napas terakhirnya pada usia 68 tahun. 


Mengenang Kembali Perjalanan Olo Panggabean Setelah 10 Tahun Meninggal
Olo Panggabean

Olo terlahir  dengan nama babtis Sahara Oloan Panggabean, pada 24 Mei 1941 di Medan. Ia adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara, dari ayah dan ibu, Friedolin Panggabean dan Esther Hutabarat.

Tak banyak yang tahu kisah hidup Olo masa kecil. Kecuali, terbetik informasi bahwa ia lahir dan besar di kawasan Petisah, di pusat Kota Medan. Di sanalah ia pada masa mudanya memulai jasanya mengamankan beragam usaha di Jalan Sekip, tempatnya menetap sampai tutup usia.


KETOKOHAN OLO PANGGABEAN


Olo memulai debutnya di Pemuda Pancasila, bersama-sama dengan HMY Efendi Nasution alias Pendi Keling dan Anwar Kongo. Pada 28 Agustus 1969, Olo  bersama sahabat dekatnya, Syamsul Samah mendirikan IPK (Ikatan Pemuda Karya). Sejak itulah nama Olo mulai dikenal, bukan saja di Medan, tetapi juga di seluruh kawasan Sumatera Utara. Dari penguasa jalanan ia tumbuh menjadi tokoh berpengaruh di dunia politik lokal sampai dikenal di Indonesia. IPK tetap tersentral ke nama besar Olo, dan oleh karena itulah, kesehariannya ia disapa “Pak Ketua”. 


Ketokohan seperti apa yang dimiliki Olo, masih sulit dijelaskan kecuali dari julukan-julukan orang yang menyebutnya sebagai “Penguasa Sumut”, “Big Bos Preman”, dan “Raja Judi”.  Sejatinya, Olo adalah sosok yang sangat misterius. Ia jarang menampakkan diri di hadapan publik. Ia mengasingkan diri dari hiruk pikuk publikasi. Kehidupannya yang lari dari “kelaziman” itu, pun dibumbui orang dengan kisah-kisah mistis dan magis, perihal ilmu kebal, termasuk keputusannya untuk tetap melajang.  Tentu, ini dikarenakan begitu minimnya informasi yang bisa diketahui orang mengenai diri Olo

Ia, disebut “Penguasa Sumut”, akibat pengaruhnya yang sangat besar baik di dunia bisnis, politik lokal, bahkan di kepolisian dan militer. Konon, setiap pejabat yang akan bertugas di Sumut lazimnya harus lebih dulu sowan ke Olo. Apabila rumor ini benar, bisa ditebak, bahwa aturan main itu ditempuh agar pejabat bersangkutan akan koperatif  terhadap kepentingan Olo dan ormas yang dipimpinnya.  Sutiyono dan  Sutanto, pernah merasakan kuatnya pengaruh Olo saat bertugas sebagai Kapolda Sumut, pada tahun 1999 dan 2000. 


Julukan paling garang bagi Olo adalah “Big Bos Preman”,  semata-mata karena IPK yang ia pimpin punya kecenderungan menguasai atau membekingi bisnis yang membutuhkan nyali dan kekuatan fisik. Bukan rahasia lagi bahwa IPK kerap bentrok dengan ormas lainnya seperti Pemuda Pancasila untuk berebut pengaruh terutama sumber penghasilan (demikian sampai dengan sekarang). Sejatinya, IPK didirikan Olo bukan sebagai organisasi preman. Organisasi ini ––sesuai namanya–– lebih mengkaryakan pemuda putus sekolah dan mereka yang kurang beruntung sehingga banyak manfaatnya untuk menekan pengangguran. 


(Oleh: Antoni Antra Pardosi)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Warga Batak

Formulir Kontak