Misteri Nyata Di Balik Mistik Sigumoang (Begu Ganjang)Suku Batak


Topik Referensi.Berbicara masalah begu ganjang, aku teringat dengan masa kecilku sekitar tahun 1998 sampai tahun 2000. Dimana pergolakan politik di Indonesia masih belum stabil, sementara itu keadaan ekonomi masih dalam tahap pemulihan setelah dihantam krisis ekonomi era lengsernya dinasti orde baru. Di kampung kelahiran ku kota kecil Tarutung, dalam kurun waktu tahun 1998-2000 isu begu ganjang terdengar di mana-mana.

begu ganjang
ilustrasi begu ganjang

 Hampir di setiap desa ditemukan kasus begu ganjang. Dan tidak tanggung-tanggung, aksi massa pun terjadi dalam jumlah yang sangat besar. Tidak jarang orang yang dicurigai memelihara begu ganjang rumahnya dirusak dan diusir dari kampong.

Sedikit mengulas tentang begu ganjang dalam masyarakat Batak, bahwa begu ganjang sudah menjadi bagian dari cerita yang hidup di dalam masyarakat Batak sejak lama. Begu ganjang itu sendiri dapat disamakan dengan santet di tempat lain. Secara harfiah saya tidak dapat menjelaskan mengenai begu ganjang, tapi saya akan bercerita sedikit informasi yang saya ketahui mengenai begu ganjang ini.

Di dalam masyarakat Batak, orang yang memelihara begu ganjang di sebut “parula-ula”, dan di tempat lain ada yang menyebut ”pangarasun., Bahkan ketika isu begu ganjang mulai mencuat ke permukaan pada tahun 2000, muncul sebuatan baru bagi begu ganjang. Menurut masyarakat, menyebut begu ganjang adalah sesuatu yang tabu, maka begu ganjang di sebut sebagai ”sigumoang” dan hingga sekarang saya tidak mengetahui defenisi asli dari sigumoang ini dari bahasa apa serta siapa yang pertama sekali mengatakannya. Dan ada kepercayaan warga saat itu dengan menuliskan di pintu rumah atau menyebutkan kata “muntul sigumoang” diyakini mampu menolak begu ganjang.

Menurut cerita orang tua, bahwa sosok begu ganjang itu adalah mahkluk gaib sejenis iblis yang warnanya hitam, mungkin kalau di Jawa dikenal dengan Genderuwo, atau mungkin mereka masih bersaudara. Kenapa dikatakan begu ganjang? Karena menurut orang-orang tua, bahwa begu ganjang ini jika dilihat maka akan semakin tinggi dan semakin tinggi dan akhirnya bisa mencekik leher orang yang melihatnya.

 Diyakini juga bahwa begu ganjang ini adalah mahkluk jadi-jadian yang sengaja dibuat oleh para dukun ilmu hitam untuk memperkaya si pemiliknya, selain itu juga dapat disuruh untuk membunuh seseorang.

Hampir sama dengan “Pangulubalang”, yaitu sejenis santet juga di dalam masyarakat Batak. Pangulubalang juga disebut dengan Polosit, yaitu hantu jadi-jadian yang dapat disuruh untuk membunuh seseorang.

Menurut cerita orang tua, begu ganjang itu adalah arwah dari bayi yang meninggal. Sebelum genap tujuh hari, seorang dukun ilmu hitam akan mencuri organ tubuh bayi tersebut dan ditempa menjadi begu ganjang, untuk pastinya saya tidak mengetahui. Berbeda dengan Pangulubalang atau polosit, dari buku yang pernah saya baca, bahwa Pangulubalang itu dulu sangat banyak digunakan ketika masyarakat batak masih pagan, atau dinamisme. Pangulubalang diciptakan oleh dukun ilmu hitam dengan cara, mengubur si calon korban hingga sebatas leher, kemudian dibiarkan kehausan. Setelah orang tersebut kehausan, kemudian diberikan meminum tembaga cair hingga meninggal.

 Kemudian tubuh orang tersebut seluruhnya di bakar hingga menjadi abu, ditambahkan dengan ramuan-ramuan dan mantra-mantra, abu tersebut diletakkan di depan rumah calon korban. Dan ketika malam tiba maka pangulubalang tersebut akan bekerja dan membunuh orang yang menjadi target.

Lalu seberapa hebatkah Ilmu Mistik Suku Batak Berbicara Tentang Begu Ganjang?

Mungkin sampai saya mati, Tragedi Sigumoang (Begu Ganjang) tidak akan pernah lepas dari memori saya. Masih belum usang cerita tahun 2000 di Pakkat, kampung saya, tentang suami istri yg dibantai oleh masyarakat secara sadis sampai mati di Tugu Simpang 4 Pasar Kecamatan Pakkat...

Pernah saya punya niat menulis buku tentang Sigumoang, tetapi banyak org tua melarang keras, termasuk Almarhum Op. Berlian (Raja Purba di Pakkat).

Nah, baru baru ini ada seorang sahabat yang bertanya kepada saya, SEBERAPA HEBAT ILMU MISTIK SUKU BATAK??? Tidak sulit menjawab pertanyaan ini. Hanya ilmu orang Batak Yang Bisa Lewat laut, ujarku. Karena memang begitulah kenyataanya. Mistik Suku Batak adalah Mistis yang Sungguh sulit diungkapkan dan misterius. Dapat terbukti ketika Prof. Sorimangaraja Sitanggang menjadi Ketua Paranormal Sedunia (dinobatkan tahun 2006 di German), di mana  Voodoo sekalipun dapat ditaklukkanya, dan mereka menjadi muridnya.  Artinya, jika kita ingin membahas mistik Batak maka  kita harus  berbicara tentang keterlibatan leluhur dalam wujud roh di tengah-tengah kehidupan bangsa Batak sekarang. Kita misalkan saja Sorimangaraja yang bisa menjalin komunikasi dengan 25 roh nenek moyang Batak.

Ketika jawaban di atas, saya posting di account FB, semakin banyak komentar muncul karena ketidak puasan teman-teman. Maka CATATAN kecil inilah jawaban nya: Selamat membaca sobat-sobat ku !!!

Masyarakat Rumpun Batak, dahulu, menggunakan tulisan hanya untuk:
1. Ilmu Supranatural (Hadatuon)
2. Surat (kebanyakan bentuk surat ancaman)
3. Bagi Orang Karo, simalungun dan Angkola-Mandailing, ada ditemukan karya Sastra berbentuk Ratapan (Orang Karo menyebutnya Bilang-Bilang, Simalungun: Suman-Suman, Angkola-Mandailing: Andung), Karya Sastra berbentuk ratapan ini biasa ditulis pada wadah bambu atau lidi tenun.

Prihal ilmu Supranatural (Hadatuon), dalam Pustaha Laklak bisa kita kelompokkan berbagai Ilmu-Ilmu Supranatural Batak, sbb:
1. Pangulubalang
2. Tunggal Panaluan
3. Pamunu Tanduk
4. Pamodilan/Tembak
5. Gadam
6. Pagar
7. Sarang Timah
8. Simbora
9. Songon
10. Piluk2
11. Tamba Tua
12. Dorma
13. Paranggiron
14. Porsili
15. Ambangan
16. Pamapai Ulu-ulu
17. Ramalan Perbintangan (Pormesa na Sampulu Duwa, Panggorda na Ualu, Pehu na Pitu, Pormamis na Lima, Tajom Burik, Panei na Bolon, Porhalaan, Ari Rojang, Ari na Pitu, Sitiga Bulan, Katika Johor, Pangarambui,dll)
18. Ramalan memakai Binatang (Aji Nangkapiring, Manuk Gantung, Aji Payung, Porbuhitan, Gorak-gorahan Sibarobat,dll)
19. Ramalan Rambu Siporhas, Panambuhi, Pormunian, Partimusan, Hariara masundung di langit, Parsopouan, Tondung, Rasiyan, dll

Banyak kita temukan ilmu untuk menyerang musuh dan santet. bisa dalam bentuk racun ataupun ilmu lainnya.

Kita contohkan saja:

PANGULUBALANG

yaitu washilah yang dijadikan hulubalang Sang Datu (Dukun) untuk menghancurkan musuh dan mahluk gaib lainnya.
Seorang anak kecil diculik, lalu diasuh oleh si Datu. Segala maunya dituruti asal bisa patuh. Pada saat yang ditentukan, kemudian sianak dikorbankan, dengan cara dimasukkan kedalam mulutnya berupa cairan timah yang mendidih. Kemudian mayatnya dipotong-potong dan dicampur dengan beberapa ramuan dan dibiarkan membusuk. Air fermentasi yang keluar dari mayat anak tadi disimpan didalam cawan, lalu sisanya dibakar untuk mendapatkan abunya. Untuk memanggil Sianak yang sudah dikorbankan tadi, disiapkanlah patung. Patung inilah yang disebut Pangulubalang. Patung ini berfungsi untuk penolak bala, sedang datu bisa memanfaatkannya untuk disuruh menyerang musuh, berupa santet.

TUNGGAL PANALUAN

berupa tongkat sakti yang dimiliki Datu-datu Batak, diyakini bahwa tongkat ini hidup dan bisa disuruh.

PAMUNU/PEMBUNUH TANDUK

ilmu yang berfungsi untuk menetralkan ilmu kiriman lawan. bisa juga digunakan untuk menyerang musuh. ini berupa tanduk.

PAMODILAN/TEMBAK

adalah ilmu yang digunakan untuk menembak musuh baik dengan menggunakan senjata (bodil) maupun dengan syarat atau tabas-tabas (mantra) tanpa menggunakan senjata.

GADAM

ilmu racun sehingga kulit musuh akan seperti penderita kusta.

PAGAR (PENOLAK BALA)

Okultisme Batak ini, dibuat dari berbagai bahan dengan waktu dan cara pembuatannya yang sangat mengikuti prosesi ritual. Biasanya menggunakan ayam, lalu bahan dibawa ke tempat yang dianggap keramat (sombaon, sinumbah).
Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk membuat ramuan Pagar ini. Ramuan ditumbuk halus seperti pasta atau bubuk yang disimpan dalam Naga Morsarang (tanduk kerbau yang berukir).
“Pagar hami so hona begu so hona aji ni halak”, ini contoh tabas (mantra) yang digunakan.
Penggunaan penolak bala ini, biasanya diberikan pada pasien perorangan ataupun kolektif, seperti; Pagar Panganon (Ilmu tolak bala berupa makanan yang wajib dimakan pasien), Pagar Sihuntion (dijunjung atau digantung oleh perempuan hamil), Pagar ni halang ulu modom ( Digantung didekat tempat tidur org yg sakit), Pagar Sada bagas (Tolak bala sekeluarga), Pagar Sada huta (Ruwatan Kampung).

AZIMAT

Dulu Orang Batak akan lebih ‘pede’ jika pakai jimat. Kontribusi Aceh, Melayu Sumatera Timur dan Minangkabau sangat besar terhadap keberadaan jimat bagi Orang Batak. Simbora adalah azimat asli Batak yang terbuat dari timah hitam.
Selain itu, kita temukan juga azimat dari gigi binatang; seperti harimau, beruang. Ada juga jimat agar tidak mempan peluru yang biasa terbuat dari tulang kerbau yang dirajahi; azimat ini disebut Sarang Bodil atau Sarang Tima.

SONGON/POHUNG/PILUK-PILUK

Adalah sejenis patung (gana-gana) yang diletakkan di ladang untuk melindungi dari pencuri.
“Surung ma ho Batara Pangulubalang ni pohungku, ama ni pungpung jari-jari, ina ni pungpung jari-jari, Batara si pungpung jari. Surung pamungpung ma jari-jari ni sitangko sinuanku onon, surung bunu”, ini adalah mantra (tabas) Pohung agar pencuri menjadi lumpuh jari-jarinya, bahkan mati.

Tukkot Tunggal Panaluan & Pinggan yg biasa dipergunakan leluhur Batak untuk wadah makanan adat atau kepentingan hadatuon; memang bayak yg sudah beralih tangan ke pihak luar. bukan itu saja, pustaha laklak juga banyak beralih tangan kepemilikannya.

Ada cara supranatural Batak untuk mengembalikan harta leluhur.
Orang Batak sangat menghormati para leluhur; makanya dalam sejarah-sejarah Batak, sering terjadi pengkaburan, akibat orang Batak tidak ingin ada sebuah fase yang dianggap jelek yang berhubungan dengan leluhurnya.

Adong pardomuan ni halak na mangolu dohot angka na mate (Ada interaksi antara yang hidup dengan yang sudah wafat). Orang Batak menganggap bahwa, interaksi ini memiliki pengaruh yag besar baik bagi manusia yang hidup, maupun bagi roh-roh orang mati.

Pada masyarakat Batak (Toba) dikenal 8 tingkat kematian. Dari yang terendah:
Pertama, Mate Tarposo (Mati dalam kandungan atau saat masih bayi).
Kedua, Mate Poso (Mati kanak-kanak dan sebelum kimpoi).
Ketiga, Mate Pupur (Mati tua tanpa pernah kimpoi).
Keempat, Mate Punu (Mati sesudah kimpoi, tidak punya anak).
Kelima, Mate Mangkar (Mati setelah ada anak yang kimpoi, tetapi belum punya cucu).Keenam, Mate Sarimatua (Mati sudah punya cucu, tetapi masih ada anaknya yang belum kimpoi).
Ketujuh, Mate Saurmatua (Mati setelah semua anak kimpoi dan mempunyai cucu).
Kedelapan, Mate Mauli Bulung (Mati setelah cucunya sudah punya cucu lagi dan status sosialnya baik serta tak ada seorang pun dari keturunannya meninggal mendahuluinya). Mulai dari Mate Tarposo hingga Mate Punu dapat dikatakan tidak dilakukan acara adat yang berarti, karena hal itu dianggap belum lengkap kehidupan seseorang.

 Acara adat dilakukan dan akan semakin besar serta memakan waktu lama dimulai dari jenis Mate Mangkar hingga kepada Mate Mauli Bulung.
penghormatan terhadap seorang leluhur yang berada di alam baka dapat kita lihat melalui bentuk kuburan yang ada. Bagi orang Batak (Toba), kuburan terdiri dari tiga jenis yaitu:
1. Kuburan umum tempat pemakaman satu kampung (Huta).
2. Disebut "Tambak" berupa tanah yang ditinggikan di atas kuburan seorang yang mati dalam peringkat Sarimatua/Saurmatua. Tanah yang ditinggikan tersebut terdapat rumput manis, diletakkan secara terbalik, bertingkat tiga, lima, tujuh. Di atas tanah yang ditinggikan itu ditanam pohon Hariara/Beringin atau Bintatar sebagai pertanda. Dengan berbagai variasi yang berkembang kemudian, Tambak digunakan sebagai pusara bagi keluarga atau marga dan biasanya dibangun di kampung asal (Bona Pasogit).
3. Tugu sebagai monumen, pembangunannya berkembang secara besar-besaran setelah Tugu Raja Sisingamangaraja XII dibuat. Tugu biasanya dibangun untuk persatuan marga di bona pasogit (kampung asal) dan di dalamnya terdapat tulang belulang leluhur dengan ritual Mangokkal Holi atau menggali dan memindahkan tulang belulang.

NB: sampai sekarang Pangulubalang masih ada di Tukka (kecamatan Pakkat, Humbahas. Sumatera Utara) yg menjadi artifak atas nama Marga Marpaung. Artifak ini pernah hendak dicuri oleh pendatang dengan tujuan bisnis ratusan juta rupiah @ artifak. pencurian ini gagal dengan cara yang cukup mistis. menurut cerita yang beredar di masyarakat Pakkat, artifak ini tidak mau dibawa keluar dari Pakkat dan bergerak dengan sendirinya.

itulah Misteri Nyata Di Balik Mistik Sigumoang (Begu Ganjang)Suku Batak

sumber:kompas.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Warga Batak

Formulir Kontak